Puluhan Guru Agama muai dari tingkatan Paud hingga SMA dan dari berbagai agama di Indonesia mengikuti Workshop Penguatan Guru Pendidikan Agama di Era New Normal se-Wilayah III Cirebon kerja sama antara DPD Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesi (AGPAII) Kabupaten Cirebon dengan Puslitbang Penda Kemenag RI selama dua hari di Patra Cirebon, Kamis (29/6/2020).
Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati Cirebon Drs. H. Imron, M. Ag, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Cirebon Drs. H. Mujayin, M.Pd.I, Kepala Puslitbang Kemenag RI Drs.H. Muhammad Zain, M.A, Kabid PAPTK Penda RI, Drs.H.Hariyudin, M.A dan 50 peserta undangan lainnya.
Kepala Pusat Litbang Agama dan Keagamaan bidang Litbang Diklat Kemenag Republik Indonesia, Dr. H. Muhammad Zein, M. A. Bahwa tantangan yang dihadapi di era new normal, guru pendidikan agama harus bisa meningkatkan pengetahuan dan mengikuti perkembangan digital, dalam memberikan pengajaran ke peserta didik. “Di Era New Normal ini guru harus menjadi motivator masyarakat dan harus menjadi penggerak perubahan. Guru agama harus mengerti tentang teknologi.” Katanya.
Beberapa waktu yang lalu Pemerintah Kabupaten Cirebon juga memberikan dukungan kepada Pesantren untuk dapat melaksanakan Ngaji Pasaran Online, kemampuan dan cara seperti ini juga harus dimiliki oleh para guru agama.
Kabid Pendidikan Agama dan Pendidikan Tinggi Keagamaan (PAPTK) Penda RI, Drs. H. Huriyudin, M. A melaporkan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara marathon di beberapa tempat yaitu di Tangsel, Cirebon dan Rembang, dan dipilih Cirebon karena merupakan pusat peradaban dan kebudayaan yang akan sangat berpengaruh yang menjadi titik terang peradaban di masa depan.
Bupati Cirebon dalam sambutannya mengatakan bahwa guru itu harus memiliki wawasan yang sangat luas dalam berbagai hal, terlebih di jaman modern sekarang ini, yang diharapkan dapat memberikan solusi dan peran guru khususnya guru agama yang harus bisa menjadi motor, motivator dan penggerak.
Imron juga mengajak kepada seluruh yang hadir untuk tidak berdebat karena berbeda keimanan, tapi justru harus berlomba dalam hal kemajuan dibidang pendidikan agama dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. “Kita memiliki perbedaan agama yang tidak seharusnya diperdebatkan namun segala sesuatunya dapat didiskusikan. Untuk teknologi juga guru agama harus mengerti agar dapat mengkondisikan segala hal kedalam kemajuan tekhnologi.” Imbuhnya. (Benandi-Diskominfo)se wilayah III Cirebon.